Manfaat Menjalani UPOSATHA SILA

Uposatha - Sila atau sembilan Sila ini adalah suatu ptaktek moralitas yang sangat tinggi untuk dijalankan dan memberi manfaat yang sangat besar. Seperti sudah kita ketahui tentang seberapa besar manfaat dari menjalankan Panca-Sila. Uposatha -Sila memberi manfaat yang jauh lebih besar dari pada itu. Dikarenakan semua moralitas yang harus di latih dalam Panca -Sila sudah termasuk dalam Uposatha-sila, bahkan Uposatha -Sila melatih lebih banyak moralitas dari pada Panca-Sila.

Dalam menjalankan Uposatha-Sila, apabila kita hanya mencoba tidak melanggar sila tersebut tidak akan memberikan manfaat sebesar sebesar apabila kita menjalankannya denga tulus dan sepenuh hati. Seperti seorang gadis yang membersihkan badan dan rambutnya sebelum dia mempercantik dirinya dengan bedak dan berbagai peralatan kecantikan yang mmebuat dirinya cantik. Demikian juga dengan seseorang yang ingin mempratekkan Uposatha-Sila, harus memurnikan pikirannya dari keserakahan, kemarahan, pandangan salah, iri-hati atau cemburu, dan berbagai kekotoran batin lainnya agar bisa memaksimalkan manfaat yang didapat dalam menjalankan pratek Uposatha -Sila.

Apa saja manfaat yang bisa di dapatkan dari seseorang yang menjalankan Uposatha-sila;

1. Seseorang yang menjalankan Upostha-Sila akan mendapatkan kemakmuran dan kekuatan yang besar.
2. Bahkan seorang penguasa dunia di kehidupan selanjutnya bisa menjadi seorang penguasa dunia kembali apabila ia menjalankan Uposatha-sila.
3. Seseorang akan mendapatkan manfaat yang berkala seperti menikmati kemakmuran dan kemewahan yang besar di alam dewata dan manusia selama perjalanan dia di dalam samsara hingga ia mencapai Nibbana terbebas dari tunimbal lahir.
4. Dalam kehidupannya yang sekarang, ia kaan terlihat cerah, berbudi dan baik, dan juga seseorang bisa mendqapatkan rasa kagum dan cinta-kasih dari banyak pihak seperti mahluk-mahluk dewata, manusia dan juga mahluk-mahluk lainnya.
5. Dan banyak cerita seperti dewata-dewata yaitu Uttara, Sonadinna, dan Uposatha yang mendapatkan kebahagiaan dewata yang besar dikarenakan dimasa lalu menjalankan Uposatha-Sila.

Suatu masa dimana Baranasi diperintah oleh Brahmadattha, Bodhisatta adalah seorang yang miskin bernama Gangamala. Ia bekerja di tempat seseorang yang kaya bernama Suciparivara. Orang kaya tersebut dengan istrinya seorang yang taat dan sering menjalankan Uposatha-Sila enama kali selama sebulan. Setiap pekerja yang ada dirumahnya juga melakukan hal yang sama.

Pada suatu hari Boddhisatta berangkat kerja pagi-pagi sekali tanpa mengetahui bahwa hari itu adalah hari Upostha dan beliau tidak makan pagi pada hari itu . Ketika ia hendak kembali kerumahnya setelah matahari terbenam, dia menemukan semua pekerja dan majikannya ternyata sedang menjalankan hari Uposatha. Karena tidak sadar akan hari itu merupakan hari Uposatha, maka beliau meminta izin kepada majikannya untuk menjalankan Uposatha_Sila selama sisa hari tersebut. Pada malam harinya ia menderita sakit perut dikarenakan ia tidak memakan apa pun sepanjang hari.

Meskipun majikannya orang kaya tersebut menyuruh beliau untuk makan saja, beliau berkeras menolaknya. Pada keesokan subuh hari berikutnya , penyakit beliau menjadi parah dan membuat beliau pingsan.

Kebetulan pada pagi tersebut raja Brahmadattha pergi berkeliling kota dengan diiringi pasukan berkudanya sehingga terlihat megah dan mewah kereta kerajaan itu, kebetulan Boddhisatta melihat kereta kerajaan megah itu dan menjadi tertarik. Padahal dalam keadaan sakit yang parah beliau berpikir untuk menjadi seorang raja dan tidak lama kemudian beliau pun meninggal dunia. Seketika itu juga beliau terlahir dalam kandungan seorang ratu dikarenakan dibantu juga oleh hasil tekad dari menjalankan Uposatha-Sila untuk setengah hari saja. Ketika Beliau terlahir diberi nama Udayakumara. Ketika beliau beranjak dewasa, beliau menjadi raja Baranasi.

Pada zaman dulu di sebuah kota kuno yang bernama Saketa, terdapat seorang umat wanita yang bernama Uposattha. Dia adalah seorang umat yang taat dengan berkeyakinan dan sangat menjaga moralitasnya (sila). Ia menyokong kehidupan Sangha dengan empat macam kebutuhan. Dia selalu menjalankan delapan sila pada hari Uposatha. Dia secara berkala mendengarkan ceramah dari Sang Buddha dan juga siswa Buddha. Dia juga sering berlatih meditasi dan segera ia menjadi seorang yang mencapai tingkat kesucian Sotapanna (pemenang arus).

Dari Sang Buddha dan para siswanya ia pernah mendengar tentang keindahan taman Nandavana di surga Tavatimsa yang sangat menyenangkan juga nan indah....maka ia pun mentekadkan dirinya untuk mencapai tempat tersebut. Ketika ia meninggal ia terlahir di surga Tavatimsa dan menjadi seorang gadis dewata dengan nama Uposatha di taman Nandavana.

Sang Buddha sendiri sering kali mengatakan kepada para siswa-Nya:

"SESEORANG YANG MEMILIKI MORALITAS YANG BAIK,
DIKARENAKAN PIKIRANNYA YANG MURNI,
CITA-CITA ATAU HASRATNYA AKAN TERCAPAI,
SESUAI DENGAN BAGAIMANA IA MEMIKIRKANNYA."

Ini dikarenakan seorang yang memiliki moral yang baik pastinya mempunyai tujuan yang mulia, bersama dengan kehendak baiknya yang kuat, akan tercapai cita-cita atau keinginannya seperti yang ia pikirkan.

Syair ini dijelaskan dalam Angutara-Nikaya 8:41 ; IV 248. 51:

Buddha mengatakan;

Para Bhikkhu, saat pelaksanaan Upostha sempurna dalam kedelapan faktor ini, pelaksanaan tersebut sungguh membawa hadil dan bermanfaat, berkilau dan merebak. Dan sejauh apakah pelaksanaan tersebut sungguh membawa hasil dan bermanfaat, berkilau dan merebak?

Para Bhikkhu, seandainya seseorang hendak menduduki dan mengusai keenam belas negeri besar yang memiliki ketujuh harta berharga yang berlimpah ini, yaitu Anga, Magadha, Kasi, Kosala, Kaum Vajji, kaum Malla, Kaum Ceti, Vamsa, kaum Kuru, kaum Pancala, Maccha, Surasena, Assaka, Avanti, Gandhara, dan Kamboja, ini belumlah sebanding seperenam belas dari pelaksanaan Upostha yang sempurna dalam kedelapan faktor tersebut. Karena kerajaan manusia adalah rendah jika dibandingkan dengan kebahagiaan di alam Surgawi."


sumber: bhante asajji