Jomblo Sejati
Perkenalkan nama ku Rama, pria yang penyayang dan cinta keluarga. Aku pria kelahiran 7 Juli 1996, tapi sepertinya tak ada yang peduli ya kapan aku lahir? ok, fine! kita mulai saja ceritanya.
Pasti tak akan ada yang percaya, bahwa di jaman sekarang ini ada yang namanya “jomblo sejati” yaitu seorang jomblo yang belum pernah pacaran sekalipun bahkan mungkin belum pernah jatuh cinta pada gadis manapun.
Tapi… pada kenyataannya “jomblo sejati” itu masih ada, dan salah satunya adalah Aku… sambil teriak di pasar ikan, dan ikan-ikan langsung mati mendengar suaranya yang menyambar bagai petir.
Jujur kuakui, aku belum pernah pacaran dan aku tak tahu apa itu cinta atau what ever lah!. Awalnya aku baik-baik saja mendapat sebutan “jomblo sejati”. Tapi entah sejak kapan aku merasa tersinggung dengan sebutan itu, sekarang aku merasa butuh akan kehadiran sesosok mahluk yang namanya wanita. Apalagi setelah aku mengenal seorang gadis yang namanya Yunita.
Yunita adalah teman sekelas ku, dia gadis yang cantik dan pintar. Dialah gadis idaman ku, dialah Bidadari KW super yang kucari selama ini. Aku selalu berdoa pada Tuhan, semoga aku bisa menyatakan perasaan ku padanya. Dan semoga Tuhan memberi perasaan yang sama pada Yunita, seperti perasaan yang kumiliki sekarang.
Sekarang aku menyadari, bahwa untuk menyatakan perasaan itu sulit. Andaikan aku dapat memilih, aku lebih memilih mengerjakan 100 soal matematika dari pada aku harus menyatakan perasaan ku pada Yunita. (Kayak yang bisa aja?)
Hey, jangan salah! aku ini adalah pria idaman para wanita, aku pintar, tampan, penampilan ku rapi, dan yang paling penting aku kaya. Aku yakin aku pasti bisa mendapatkan Yunita. (Don’t try this at home!)
Yunita betul-betul membuatku merasa mati rasa, kejang-kejang, dan hilang akal karena pesona yang ia tebarkan. Satu kali aku tidak bertemu dengan nya, aku merasa hidup ini tidak sempurna. Ibaratkan sayur akan hambar bila tanpa garam, hotel tidak akan nyaman bila tanpa kamar. Lebay abisssss!
Beginilah nasib jadi “jomblo sejati”, kurang pengalaman. Ketika jatuh cinta pada seseorang, tidak tahu harus bagaimana. Menyatakan perasaan, itu adalah hal yang tak mungkin, jadi yang bisa kulakukan saat ini adalah, menuangkan curahan hatiku pada Paijo.
“jo gue kangen banget ma Yunita”.
“mmm” jawab Paijo singkat.
“gue sayaaang banget ma dia, dia gadis idaman gue banget! gue harap gue bisa jadian sama dia”.
“mmm” jawab Paijo singkat lagi.
Ini benar-benar membuatku naik darah, atau lebih tepatnya marah tingkat tinggi, karena saat aku menghabiskan pulsa untuk mencurahkan isi hati ku ke Paijo, eh si Paijo hanya bilang “amm emm”. Apa dia tidak merasakan apa yang kurasakan, seharusnya sebagai teman yang baik dia mau mendengarkan masalah temannya.
“woooy, ngomong dong! jangan diem aja. Lu gak ngertiin gue banget sih”
Tiba-tiba, tanpa aba-aba sebelumnya. Paijo memutuskan telepon, dan beberapa menit kemudian si Paijo mengirimku sms.
“lu yang gak ngertiin gua, dah tau gua lagi sakit gigi. Lu masih aja curhat ma gua mikir dong!”
Aku hanya bisa tersenyum sadis membaca sms si Paijo.
“he.. he.. he.., sorry ya Jo! klo gue gangguin lu terus, abis gue bingung. Gue gak tau gue harus gimana sekarang. Pinginnya gua nyatain perasaan gue ke Yunita, Tapi gue malu Jo”
Itu balasan ku untuk sms si Paijo, dengan kecepatan nenek-nenek memanjat pohon, Paijo membalas sms ku
“lu boleh malu untuk nyatain perasaan lu ke Yunita, karena dulu gua juga kayak gitu. Tapi bukan berarti lu bersikap seperti ini terus. Mau sampaikan?”
Sungguh aku tersentak baca sms si Paijo, kupikir apa yang di pikirkannya benar. Sudah sejak lama aku menyukai Yunita, tapi sampai sekarang aku masih belum berani untuk menyatakan perasaan ku padanya.
Keberanian ku telah dimakan habis oleh rasa malu yang diibaratkan hama dalam hidup ku. Aku butuh obat penumbuh keberanian, dan pembunuh hama rasa malu. Supaya keberanian ku tumbuh tanpa adanya gangguan dari hama rasa malu yang merusak. Calon petani!
Benar-benar di luar dugaan, aku memikirkan masalah ini semalaman. Tanpa kusadari aku bergadang, Amazing keren! tapi berkat bergadang inilah aku memutuskan untuk menyatakan perasaan ku pada Yunita. Hore… hore… hore
Untuk persiapan awal, aku berusaha tampil beda sekarang ini. Aku berusaha menjadi lebih tampan, dan lebih menarik perhatian, agar dia lebih tertarik pada ku. Walaupun aku tampil seperti biasa saja juga, sudah pasti tampan. Setelah jam pelajaran usai, aku dengan Paijo berencana untuk mengajak pergi Yunita, tapi sejak tadi kenapa ya dia belum juga muncul.
“Jo lu liat Yunita kagak?”
Dengan suara alay, Paijo jawab “kagak, gua kagak liat”
Dengar Paijo bicara, sungguh membuat ku sangat kesal, karena suaranya yang alay parah.
“Jo, lu ngomong gak usah alay napa! sebel tau gue dengernya”
Tanpa berperi ketampanan Paijo menampar ku. “lu bego, apa beloon sih. Dah tau gua lagi sakit gigi, mana bisa ngomong normal”
“oh… iya, gue lupa. Sorry ya.”
Akhirnya aku dan Paijo memutuskan untuk menunggu di gerbang sekolah. Mungkin nanti Yunita akan muncul. Tapi 15 menit berlalu, Yunita belum juga terlihat dan Paijo juga mulai terlihat kesal.
“eh.. gua mu nanya ma lu. Sebenernya lu udah janjian belom sih sama Yunita, kalo lu mau ngomong sesuatu sama dia?”
Tanya Paijo memecah kesunyian di tengah ketidakpastian, dan aku hanya menggelengkan kepala dengan pose yang seksi.
“hmmmm… pantesan. mu sampai lebaran monyet juga tu cewe gak bakalan muncul. Udah…ah, gua bosen. Gua mu balik ”
“Dan Paijo ninggalin gue gitu aja tanpa perasaan, tanpa hati tanpa berperi ketampanan. Sungguh kejamnya dirimu” kata ku dalan hati.
Tak lama setelah Paijo pergi. Hujan turun dengan derasnya, tanpa pernah berpikir sesosok malaikat ini, telah basah kuyup kehujanan. Tapi akhirnya Bidadari yang ku tunggu muncul juga.
“Rama, kenapa kamu masih disini?” Tanyanya ramah.
“akuu.. aku… lagi nunggu kamu, aku mau ngomong sesuatu sama kamu” jawab ku gugup
“oh ya udah, gimana kalo kita ngobrolnya di kelas aja, sekalian nunggu hujan reda”
Tanpa banyak bicara, kami langsung pergi ke kelas. Singkat cerita, di kelas aku menyatakan perasaan ku pada Yunita dan jawaban yamg ku terima adalah
“jujur, aku juga suka sama kamu Rama, tapi itu dulu. Sudah sejak lama aku tau, kalo kamu juga suka sama aku. Dengan sabar aku nunggu kamu. Tapi karena kelamaan aku keburu suka sama yang lain. Maaf ya. Mending, sekarang kita temenan aja. Ok!”
Disitu, aku tersentak, aku serasa mati rasa, aku seperti kehilangan sesuatu yang sangat penting dari hidupku, sungguh ini sangat menyakitkan. Kini aku galau, galau tingkat tinggi.
“Woy baigon… mana… baigon Arrrghhhh”
Cerpen Karangan: Ima