Perbedaan Gemuk dan Buncit


Kegemukan dan perut buncit menjadi sebuah fenomena yang tak pernah redup diperbincangkan. Tetapi, sebenarnya apa sih perbedaan gemuk dan buncit?


Secara umum, istilah gemuk dipakai untuk kelebihan berat badan. Berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT), gemuk dapat dikategorikan overweight dan obesitas. Dikatakan overweight apabila IMT 23-24.9 kg/m2 dan obesitas apabila IMT sudah lebih dari 25 kg/m2 (klasifikasi untuk Asia Pasifik).


“Dalam pandangan awam kelihatan sama-sama gemuk, tapi mungkin agak gemuk dan gemuk sekali. Ditinjau dari komposisi tubuh, kegemukan merupakan kondisi dimana massa lemak terdapat dalam jumlah berlebihan,” jelas dr. Wiji Lestari, SpGK, dari RS Permata, Depok.


Sementara yang dimaksud buncit adalah kegemukan di perut. Lemak di daerah ini menggambarkan jumlah massa lemak viseral. Massa lemak viseral inilah yang berhubungan erat dengan risiko penyakit metabolik, seperti penyakit jantung dan pembuluh darah. Nah, sudah jelas kan, perbedaan gemuk dan buncit?


Masalahnya kemudian, kenapa kegemukan dan perut buncit bisa terjadi? “Utamanya akibat ketidakseimbangan antara asupan dan keluaran kalori. Dalam hal ini, kalori yang masuk lebih besar dari kalori yang digunakan sehingga disimpan sebagai lemak dalam tubuh.”


Tentu kita perlu mewaspadai risikonya. Kegemukan meningkatkan berbagai risiko penyakit, di antaranya jantung, stroke, diabetes, persendian, dan masih banyak lagi. Hal ini karena lemak yang berlebihan dalam tubuh mengeluarkan zat-zat “peradangan” sehingga orang gemuk sesungguhnya berada dalam kondisi “radang kronik”.


Untuk menghindari hal-hal yang tak diinginkan, perlu upaya agar berat badan normal bisa tercapai bagi yang gemuk serta buncit ini.


“Solusinya adalah dengan menjaga keseimbangan asupan makan dan aktivitas fisik. Selalu menerapkan pola makan yang seimbang dan sehat serta olahraga seumur hidup. Tujuan jangka panjangnya untuk meraih hidup sehat. Jadi tidak hanya menyasar tujuan jangka pendek, yaitu sebatas untuk menurunkan berat badan,” paparnya.


Bagi yang overweight, secara umum penurunan berat badan yang optimal adalah 0,5-1 kg per minggu. Hal ini untuk menghindari rebound. Penurunan berat badan bisa saja dianjurkan lebih dari itu atau kurang dari itu bila ada indikasi medis tertentu. Karena itu, sebaiknya konsultasikan terlebih dahulu dengan dokter ahli. (NOVA/Hilman Hilmansyah) 


Perut Buncit? Jangan Salahkan Usia Anda

Usia sering menjadi biang kerok sesuatu. Dengan alasan usia yang sudah tua, menjadi pembenaran bagi kita untuk hanya duduk di rumah, tak perlu lagi aktif bekerja. Umur juga sering jadi dalih untuk menerima begitu saja apa yang Anda anggap sewaktu masih muda sebagai penyakit. Setelah berangsur tua tidak demikian lagi. Anda sakit pinggang, sakit lutut, hipertensi, diabetes, jantung, dianggap normal bila keluhan penyakit itu muncul setelah Anda beranjak tua. Bahkan, karena usia dianggap sudah tua, sah-sah saja seseorang kemudian meninggal.


Perut buncit,  yang diketahui sebagai faktor risiko beberapa penyakit seperti hipertensi, jantung, stroke, diabetes mellitus, bahkan keganasan,  juga dianggap tidak bermasalah, normal-normal saja bila terjadi pada seseorang yang umurnya sudah beranjak tua. Padahal, pada anak-anak perut buncit sekarang bukanlah sesuatu yang aneh lagi. Dan lebih celaka lagi, banyak yang punya asumsi bahwa perut yang buncit itu dianggap sebagai sesuatu yang tak dapat dihindari, seiring bertambahnya usia mereka.


Sesuai fenomena di atas, banyak pasien saya yang menganggap dan menyalahkan perut mereka yang buncit itu akibat usia mereka yang semakin tua. Misalnya Tuan A. Laki-laki usia 52 tahun, datang konsultasi dengan keluhan dada panas dan perut menyesak, terutama setelah makan. Waktu saya beritahu bahwa keluhannya ada kaitannya dengan perutnya yang buncit itu, pasien seperti tidak percaya, dan merasa bahwa perutnya yang besar itu adalah normal karena usianya yang dia anggap sudah mulai tua.


Pasien lain, seorang wanita berusia 55 tahun dengan keluhan nyeri pada salah satu lututnya. Waktu saya jelaskan bahwa salah satu faktor risiko nyeri pada lututnya ada hubungan dengan kegemukan dan perutnya yang besar, juga beranggapan demikian. "Gimana lagi dokter,  umur saya kan sudah cukup tua", kata pasien


Seperti diketahui, umur memang merupakan salah satu faktor risiko terjadinya perut buncit. Semakin tua Anda, maka kemungkinan perut Anda semakin buncit kian besar pula. Mengapa hal ini bisa terjadi? Pertanyaan yang sering diajukan pasien saya. Salah satu penyebabnya adalah berkaitan dengan menurunnya tingkat metabolisme tubuh kita seiring dengan menuanya kita. Metabolisme yang menurun ini disebakan oleh berkurangnya massa otot, perubahan hormonal, dan kebutuhan kalori organ internal kita yang semakin menurun seiring dengan bertambahnya usai kita.


Perubahan hormonal yang terjadi ini, dapat meningkatkan risiko seseorang menjadi lebih gemuk. Penurunan hormon testosteron dan DHEA pada laki-laki, dan hormon estrogen pada wanita pada wanita dapat menurunkan massa otot dan penumpukan lemak di sekitar perut. Tetapi, itu tidak berarti bahwa kita tidak dapat mempertahan kebidupan yang sehat dan menjaga keseimbangan hormonal dengan semakin tuanya kita. Penelitian menunjukkan bahwa penurunan masaa otot akibat bertambahnya umur, sebagian besar dibawah kendali kita. Semakin sehat makanan kita, semakin sehat kita hidup, dan semakin sering kita bergerak, olahraga, maka semakin seimbang hormon dan semakin baik metabolisme tubuh kita.


Kemudian, umur hanyalah salah satu faktor risiko perut Anda semakin buncit. Massa otot yang semakin berkurang apalagi aktifitas fisik Anda juga semakin menurun dan asupan  makanan Anda sama saja atau bahkan lebih banyak lagi merupakan faktor penting bertambahnya tumpukan lemak di sekitar perut Anda. Massa otot yang berkurang menyebabkan metabolisme tubuh menurun. Penurunan ini akan mengurangi kebutuhan rata-rata kalori kita. Jadi, bila kita tetap makan dengan porsi yang sama, sementara kebutuhan kalorinya menurun, penumpukan lemak itu akan tetap terjadi. Karena itu, sangat penting mempertahankan massa otot walau usia Anda bertambah. Seperti diketahui, jaringan  otot membakar kalori 3 kali lebih banyak dibandingkan jaringan  lemak.


Lalu, karena umur itu tidak dapat dikendalikan, yang dapat kita lakukan adalah mengatur masukan kalori dan mempertahankan aktivitas fisik yang cukup. Jadi, agar penumpukan lemak itu tidak terjadi, maka  Anda harus mengurangi masukan kalori harian Anda atau menaikkan kalori keluarannya. Masukan kalori dapat dikurangi dengan mengurangi asupan makanan yang mengandung kalori tinggi seperti gula, karbohidrat olahan, lemak jenuh, dan memperkecil takaran piring Anda, serta sebaliknya  memilih makanan yang banyak mengandung serat, seperti sayuran dan buah-buahan.


Untuk meningkatkan keluaran kalori, dapat Anda lakukan dengan olahraga aerobik secara teratur, paling tidak 30-40 menit setiap hari, minimal 5 kali dalam seminggu. Dan, untuk meningkatkan massa otot Anda, lakukan olahraga peregangan, dan pembebanan ringan, 2-3 kali dalam seminggu. Insya Allah dengan memperhatikan asupan makanan Anda, olahraga yang Anda lakukan, ancaman perut buncit seiring dengan bertambahnya usia Anda, dapat dihindari.


sumber 1

sumber 2